Klasifikasi
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati
dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke
dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa
meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum
dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam
menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi
menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan :
- Ilmu Alam
Ilmu alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk
pada rumpun ilmudimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan
bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”
(Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan
untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang
gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains
ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia
tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan
bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu
sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan
sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam
ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali “ilmu” sebagai
disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam.
Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang
kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di
samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam”
kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari.
Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi biologi,
terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu
fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang
mendasari alam semesta).
Cabang-cabang utama dari ilmu alam adalah:
- Astronomi, cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)).
- Biologi, ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan.
- Ekologi, ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya
- Fisika, ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
- Geologi, Ilmu yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
- Geografi, ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
- Ilmu bumi, suatu istilah untuk kumpulan cabang-cabang ilmu yang mempelajari bumi. Cabang ilmu ini menggunakan gabungan ilmu fisika, geografi, matematika, kimia, dan biologi untuk membentuk suatu pengertian kuantitatif dari lapisan-lapisan Bumi.
- Kimia, ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari.
- Ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan denganmanusia dan lingkungan
sosialnya. Ilmu ini berbeda
dengan seni dan humaniora karena menekankan
penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda
kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian
dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan
interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial
secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam
melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian
dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula,
pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap
perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah
membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin
banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial,
di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk
siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat
pertama(SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah
menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial
dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau
fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
- Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
- Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
- Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
- Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
- Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
- Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
- Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
- Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
- Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
- Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
- Ilmu Terapan
Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu
atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu
alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian
masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
Cabang-cabang utama dari ilmu terapan adalah:
- Arsitektur, seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
- Bisnis dan Industri, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
- Hukum, sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakatterhadap kriminalisasi dalam hukum pidana
- Informatika, merupakan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Disiplin ilmu ini mencakup beberapa macam bidang, termasuk di dalamnya: sistem informasi, ilmu komputer, ilmu informasi, teknik komputer dan aplikasi informasi dalam sistem informasi manajemen.
- Komunikasi, suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung denganlingkungan dan orang lain
- Otomotif, salah satu cabang ilmu teknik mesin yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membuat dan mengembangkan alat-alat transportasi darat yang menggunakanmesin, terutama sepeda motor, mobil, bis dan truk. Teknik otomotif menggabungkan elemen-elemen pengetahuan mekanika, listrik, elektronik, keselamatan dan lingkungan serta matematika,fisika, kimia, biologi dan manajemen.
- Pendidikan, usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
- Pertanian, kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
- Teknik, penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, matematika dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Para praktisi teknik profesional disebut insinyur (sarjana teknik).
- Teknologi, keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
- Transportasi, pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
- Sosio-teknologi, bidang kajian baru yang berusaha melihat pengaruh evolusi teknologi dalam kehidupan sosial. Bersamaan dengan lahirnya postmodernisme, orang mulai meninggalkan pembagian Aristotelian dalam disiplin ilmu, contohnya dengan lahirnya kajian kompleksitas, teori pattern language dalam arsitektur dan lain-lainnya
Pengembangan
Sejarah Ilmu
Pemikiran
filsafati banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik
di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Di Yunani dengan
mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu)dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos
dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat
tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian
secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman Abad Pertengahan,
zaman Modern, dan Masa Kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap
pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian
secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
Neo-Konfusionisme, dan zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan (jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India
adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India
yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk
menguasai dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu
periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani
merupakan periode sangat penting dalam sejarah poradaban manusia karena pada
waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang
lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskari fenomena alam,
Perubahan pola pikir
tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena
selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi.
manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih
proaktif dan kreatif ,sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.
Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya
kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat
Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini tidak langsung secara mendadak, melainkan
terjadi secara bertahap, evolutif. untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau
tidak mau harus melalui pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena
setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari peradaban
Yunani dan diakhiri pada kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)
B. Zaman Purba (15 SM - 7 S1V)
Pada
dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua peristiwa sebagai
fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan sebagainya,
namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya diolah
sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu common denominator, itu
pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau
keterangan, maka keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan
mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi.
pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta
sebagai brute factr atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di zaman
purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun
dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).
Perkembangan
pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat diruntut jauh ke
belakang, bahkan sebelum abad 15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada
masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan
yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu
tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman
batu berlangsung selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya,
zaman batu, pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini
tampak dari temuan- temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong
membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu manusia pada
zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang
binatang antara lain digunakan
menyerupai fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda- benda hasil
peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk
berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan
perkembangan waktu, benda-benda yang
dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan
berdasarkan pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan
tanpa dasar, menuruti proses and error. Akhirnya, dari proses trial and error,
yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan
penyempurnaan pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan
bahan dasar pembuatan alat yang baik, kuat serta hasilnya pun menjadi lebih baik.
Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam bentuk know how
itulah penemuan-penemuan tersebut
diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan
terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan
manusia akan iklim menjadi berkurang Api kemudian juga digunakan untuk memasak
dan perlengkapan dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api
menjadi lebih penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan
merintis jalan pada pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam
catatan sejarah misalnya, peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad
ke-15 SM (Brouwer,1982:6).
Perkembangan pengetahuan
secara lebih cepat terjadi beberapa ribu tahun sebelum Masehi. peristiwa ini
terjadi ketika manusia berada pada zaman batu muda. pada masa ini mulailah
revolusi besar dalam cara hidup manusia. Manusia mulai mengenal pertanian,
mengenal kehidupan bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan,
memulai irigasi, dan mulai beternak hewan. Pada masa itu juga telah muncul
kemampuan menulis, membaca dan berhitung. Dengan adanya kemampuan menulis,
beberapa peristiwa penting dapat dicatat dan kemudian dapat dibaca oleh orang
lain sehingga akan lebih cepat disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat
menunjang perkembangan pengetahuan karena catatan tentang suatu peristiwa
menjadi lebih lengkap dengan data yang relatif lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi
(1987:28-32) pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak pada
beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina dan India. Ada keterkaitan
saling pengaruh antara perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah
lainnya. Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh
terhadap perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga
telah mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinastii Shang,
sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5
SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan surnbangsih yang besar dalam
perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme yang
diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan sistem
bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman
modern: India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk pembuat tembikar pada
abad ke-30 SM. Sayangnya peradaban yang sudah maju itu mengalami kepunahan pada
abad ke-20 SM, baik yang disebabkan oleh bencana alam maupun oleh peperangan.
Secara umum dapat
dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima
kemampuan, yaitu (1) pengetahuan didasarkan pada pengalaman (empirical
knowledge (2) pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta
dengan sikap receptive mind, dan kalaupun ada keterangan tentang fakta
tersebut, maka keterangan itu bersifat mistis,magis dan religius; (3) kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan
pemikiran manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis, berhitung,
menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap abstraksi yang
dilakukan; dan (5) kemampuan meramal peristiwa-peristiwa fisis atas dasar
peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana bulan dan
matahari (Santoso,1977: 27-28)
C. Zaman Yunani (7 SM -
6 M)
Zaman
Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani
pada masa itu tidak lagii mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(suatu sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras,
Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi
zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama
filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros
berpendapat arche itu `yang tidak terbatas' (to apeiron). Anaximenes arche itu
udara, Pythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche itu api, ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak. (Lasiyo dan
Yuwono,1985: 52)
1. Zaman Keemasan
Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles
kegiatan politik filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum
yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Mereka mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda. menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam
tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Pythagoras, manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini
ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang- benar dan yang baik
dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang.
Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran
Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi
atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya
terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua
dunia ide.
Pendapat tersebut
dikritik oleh Aristoteles dengan
mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret “ide manusia'
tidak terdapat dalam kenyataan”. Aristoteles adalah filosof realis, dan
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang
sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai
abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi
matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin
menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai
kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap
unsur kuantitatif dengan menyingkirkan
unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang
menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain
disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma,1983)
Teori Aristoteles yang
cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya merupakan
prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan,
sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan
sebutan Hylemorfisme. (K. Bertens,1988:11-16)
2. Masa Helinistis dan Romawi.
Pada
zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang
disebut kebudayaan Helinistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi
pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang
ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan
suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain,
terutama kota Alexandria. Akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah
Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena
kekaisaran Romawi pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural
Yunani.
Dalam bidang filsafat
tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh
besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul
beberapa aliran berikut.:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat
raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala
kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri
atas atom-atom yang senantisa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui
susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
c.Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa
bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka
adalah kesangsian
d. Eklitisisme
Suatu kecenderungan
umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa
berhasil mencapai suatu Pemikiran yang sungguh-sungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin
menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari
`yang satu` dan ingin kembali kepada-Nya. (K. Bertens,1988:16-18)
D. Zaman Pertengahan (6
M -15 M)
Zaman
pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah
bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang
berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai
dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance
di Italia.
Zaman pertengahan
(Midle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik
terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya
orang Romawi sibuk dengan masalah
keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa
itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog sehingga aktivitas ilmiah
terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan
untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini
adalah ancilla theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran
Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam
bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini
dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya
abad tengah, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa
penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan
bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air mulai
digunakan untuk menggiling jagung.
Pada abad ke-13 ada
pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran.
Perlengkapan kapal memperoleh kemajuan sehingga kapal dapat digunakan lebih
efektif. Alat-alat navigasinya pun mendapat kemajuan pula. Kompas mulai
digunakan orang di Eropa. Keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan
kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas.
Kemajuan lain yang
penting pada masa akhir abad tengah adalah keterampilan dalam pembuatan kertas.
Keterampilan ini berasal dari Cina dan dibawa oleh orang Islam ke Spanyol. Di
samping itu orang juga telah mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.
Berbeda dengan keadaan
di Eropa yang mengalami abad kegelapan, di dunia Islam pada masa yang sama
justru mengalami masa keemasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia
Islam, terutama pada zaman Bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan
astronomi pada abad ke-7 M, delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus
melakukannya. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam juga dilakukan penerjemahan,
berbagai karya Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah
Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad ke-9 M.
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat pada dunia Islam tersebut dimungkinkan
oleh adanya pengamatan yang terus-menerus dan pencatatan yang teratur serta
adanya dorongan dan bantuan dari pihak para raja yang memerintah. Dengan
demikian untuk pertama kalinya dalam sejarah, tiga faktor penting yaitu
politik, agama dan ilmu pengetahuan, berada pada satu tangan, raja atau sultan.
Keadaan ini sangat menguntungkan perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Selama 600 - 700 tahun lamanya kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan tetap
ada pada bangsa-bangsa yang beragama Islam.
Menurut Slamet Iman
Santoso (1997:64) sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan dalam tiga
hal, yaitu : (1) menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya
sedemikian rupa, sehingga pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan kemajuan
di dunia Barat sampai sekarang, (2) memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu
kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu
tumbuh-tumbuhan dan (3) menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Beberapa orang yang
memberi sumbangan besar dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi di dunia
Islam antara lain A1 Khawarizmi, Omar Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali
Ibnu Sina, Al-Idrisi dan Ibn Khaldun.
Muhammad Ahmad AL
Khawarizmi menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar
beberapa abad lamanya di Eropa. Ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa
(arithmetics). Buku tersebut menjadi pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan
cara desimal, yang menggantikan penulisan dengan angka Romawi. Khawarizmi luga
telah memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720 –
800 M ) banyak mengadakan eksperimen, antara lain tentang ktistalisasi,
melarutkan, sublimasi, dan reduksi. Di samping mengadakan eksperimen, ia juga
banyak menulis antara lain tentang proses pembuatan baja, pemurnian logam,
memberi warna pada kain dan kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan
zat warna untuk rambut. Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan
gelas, cara memekatkan asam cuka dengan cara distilasi. Mengeni unsur-unsur ia berpendapat bahwa logam atau mineral itu
terdiri atas dua unsur penting yakni raksa dan belerang dengan berbagai macam
susunan. Logam atau mineral berbeda karena susunan unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran
muncul nama-nama terkenal seperti Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau
di negara Barat dikenal dengan sebutan Razes (850-923 M) dan Ibn Sina atau
Avicenna (980-1037 M). Razes sangat banyak menulis buku, di antaranya100 buah
buku tentang kedokteran, 33 buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk alkimia,
l l buah buku tentang matematika dan astronomi, dan lebih dari 45 buah buku
tentang filsafat dan teologia. Salah satu hasil karyanya tersebut adalah sebuah
ensiklopedia kedokteran berjudul Continens. Sementara itu Ibn Sina juga menulis
buku-buku tentang kedokteran yang diberi nama Al-,Qanun. Buku ini menjadi buku
standar dalam ilmu kedokteran di Eropa sampai ± tahun 1650. (Santoso, 1997:
63). Selain itu Abu'1 Qasim atau Abu'1 Casis menulis sebuah ensiklopedi
kedokteran, yang antara lain menelaah, ilmu bedah serta menunjukkan peralatan
yang dipakai dimasa itu {± tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes
(1126-1198 M) seorang ahli kedokteran yang menerjemahkan dan mengomentari
karya-karya Aristoteles. Dari tulisannya terbukti bahwa Ibn Rushd mengikuti
aliran evolusionisme, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada di
dunia tidak tercipta tiba-tiba dan dalam keadaan yang selesai, melainkan
semuanya terjadi melalui perkembangan, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan
yang selesai.
Tokoh lain yang juga
turut berjasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia Islam, terutama dalam bidang geografi adalah
Al-Idrisi (1100-1166 M). la telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenall
pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Roger II dari kerajaan Sicilia.
Dalam khasanah
pengetahuan sosial, di dunia Islam terdapat nama Ibn Khaldun (1332 -1406 M),
yang memiliki nama lengkap Abu Zaid Abdal-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun
al-Hadrami. la merupakan seorang ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi,
Ia sering dianggap sebagii perintis ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi.
Hasil karyanya yang termasyhur adalah sebuah buku berjudul A1-Muqaddimah. Dalam
bukunya tersebut, ia membahas tentang perkembangan masyarakat dan perubahan
dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu masyarakat-yang baru, Ibn Khaldun
berusaha keras agar objektif dalam memaparkan masyarakat ketimbang menemukan
obat untuk menyembuhkan "penyakit" masyarakat (Baali,1989:191).
Dalam pandangan Ibn
Khaldun, gejala sosial mengikuti pola dan hukum tertentu, dan dengan sendirinya
akan menghasilkan akibat-akibat tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum
sosial tidak hanya mengena pada perseorangan, tetapi pada semua orang.
Hukum-hukum sosial akan berlaku sama bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang
dan waktu: Oleh karena itu hukum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh seseorang.
Seorang pemimpin tidak dapat memperbaiki keadaan sosial, kalau tidak mendapat
dukungan dari masyarakat.
Sebagai peletak dasar
sosiologi, Ibn Khaldun mempergunakan banyak metode dan teori untuk menjelaskan
faktor yang ada dalam masyarakat. Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa
yang menjajah, karena merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik
teknik maupun lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga
rriendapatkan kesuksesan.
Pokok pemikiran dari
Ibn Khaldun terletak pada `asabiyah atau solidaritas sosial yang menjadi kodrat
manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh
karena itu diperlukan suatu ikatan dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini
amat kuat pada masyarakat pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat
atas dasar solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan
solidaritas, karena adanya kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan demikian tujuan
dari solidaritas adalah kekuasaan.
E: Zaman Renaissance (14 M -17 M)
Zaman
Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman
ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai
kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi.
Penemuan ilmu pengetahuan modern' sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filusuf tersebut.
l. Roger Bacon,
berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan
ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak
untuk mengalah semua pengetahuan.
2.Copernicus,
mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga
matahari menjadi pusat (heliosentririsme). Pendapat ini berlawanan dengan
pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa
bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).
3, Johannes Keppler,
menemukan tiga buah hukum yang melengkapii penyelidikan Brahe sebelumnya,
yaitu:
a. Bahwa gerak benda
angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu
mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang
sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang
luasnya sama.
c. Dalam perhitungan
matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan
matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk meliintasi orbit masing-masing
adalah P dan Q, maka P2: Q2 X3: Y3.
4. Galileo Galilei,
membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati
beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa
panting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius
menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan
bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya
memantulkan cahaya dari matahari (Rizal Mustansyir,1996)
F. Zaman Modern (17 M -19 IV)
Zaman
modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat
modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu
pasti adalah sistem koordinat .Selain itu pada zaman ini ada juga filsuf-filsuf
lain misalnya: Isaac Newton, Caharles Darwin.
G. Zaman Kontemporer
(Abad ke-20 dan seterusnya)
Di
antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam Riza1 Mustansyir, dkk.,
2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya
mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. la juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat
terlihat dalam dua cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode fisika, dan
dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika (misalnya: tentang
materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional
yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan termasyhur
abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga
besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi.
Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Dii samping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit
komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan
pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu
kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke
arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi
yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning.
Pembagian
Ilmu Pengetahuan
Kata
ilmu dalam bahasa Arab yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam
kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan sebagainya. Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang
dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi. Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi
ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa
meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi
umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu
alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu
psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat. Berbeda dengan
pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan
mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu. 1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang
terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar
maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada
karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari
adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian. 2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada
metode ilmiah. 3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab
akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. 4. Universal. Kebenaran yang hendak
dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat
tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Ilmu dibagi menjadi 3 bidang utama, yaitu Ilmu alam, Ilmu sosial, dan Ilmu
budaya (humaniora). 1. Ilmu alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk
pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum
yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Sains (science) diambil dari
kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan
Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both
product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11) Sains sebagai
proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya
gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik
& nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk
landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial,
humaniora, teologi, dan seni. Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan
tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk
mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah,
berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (biasa disingkat IPA). Tingkat kepastian
ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu
alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara tradisional di
atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti
yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu
alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam
proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik(terkait dengan
hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta. Cabang-cabang utama
dari ilmu alam adalah:
o
Astronomi
o
Biologi
o
Ekologi
o
Fisika
o
Geologi
o
Geografi fisik berbasis ilmu
o
Ilmu bumi
o
Kimia
Ilmu
sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusiadan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan
seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda
dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik
secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari
ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula,
pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap
perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah
membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial.[1] Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya. Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu
sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar
(SD), dan sekolah menengah tingkat pertama(SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat
di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan
tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut
khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal
tersebut. Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah: § Antropologi, yang
mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang
mempelajari segi kebudayaan masyarakat § Ekonomi, yang mempelajari produksi dan
pembagian kekayaan dalam masyarakat § Geografi, yang mempelajari lokasi dan
variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi §
Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan § Linguistik, yang
mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa § Pendidikan, yang
mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta
pembentukan karakter dan moral § Politik, yang mempelajari pemerintahan
sekelompok manusia (termasuk negara) § Psikologi, yang mempelajari tingkah laku
dan proses mental § Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan
umat manusia § Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar
manusia di dalamnya 3. Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu
pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti
membuat manusia lebih berbudaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
keempat, humaniora berarti “ilmu pengetahuan (agama, filsafat, sejarah, bahasa,
dan sastra, pelbagai cabang seni, dsb) yang berusaha menafsirkan makna
kehidupan manusia di dunia dan berusaha menafsirkan martabat kepada penghidupan
dan eksistensi manusia”. Sedangkan menurut kamus Merriam-Webster,
humaniora—yang dalam bahasa Inggris disebut humanities—adalah cabang kajian
(sebagaimana filsafat, seni, dan bahasa) yang menyelidiki konsep-konsep dan
persoalan-persoalan manusia yang berbeda dengan proses-proses alami (seperti
fisika atau kimia) dan hubungan-hubungan sosial (seperti dalam antropologi atau
ekonomi). Senada dengan definisi ini, Woodhouse (Mustansyir 211), mengatakan
bahwa humanities merupakan sekelompok disiplin pendidikan yang isi dan
metodenya dibedakan dari ilmu-ilmu fisik dan biologi, dan juga paling tidak
dibedakan dari ilmu-ilmu sosial. Kelompok kajian humanities meliputi bahasa,
sastra, seni, filsafat, dan sejarah. § Dari pengertian-pengertian di atas, kita
bisa menyimpulkan setidaknya dua hal. Yang pertama, humaniora adalah ilmu yang
mengkaji hakikat manusia beserta persoalan-persoalan manusiawi mereka dengan
tujuan untuk meraih kualitas kehidupan yang lebih baik. Karena humaniora
mempelajari tentang manusia, oleh karena itu, objek material ilmu ini sebenarnya
adalah manusia itu sendiri. § Yang kedua, humaniora terdiri dari cabang-cabang
ilmu lain, diantaranya bahasa, sastra, filsafat, sejarah, dan seni. Ilmu-ilmu
ini pada dasarnya sama-sama mengkaji tentang manusia, namun dengan cara yang
berbeda-beda[4]. Sebagai contoh, bahasa mengkaji manusia melalui perilaku
komunikasi verbal yang dilakukannya. Sastra mengkaji manusia melalui karyanya
yang berupa tulisan-tulisan bernilai tinggi yang mencerminkan kedalaman
berfikir dan olah rasa. Filsafat mengkaji manusia melalui pemikiran-pemikiran
bijaksananya yang selalu ingin menemukan hakikat kebenaran dan eksistensinya.
Sejarah mengkaji manusia dengan menyelidiki segala hal yang ditiggalkannya yang
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi, kehidupan, ataupun peristiwa yang
terjadi di masa lalu. Sedangkan seni mengkaji manusia dengan melihat
karya-karyanya yang artistik dan bernilai estetika tinggi yang merupakan
perwujudan dari implementasi yang mendalam terhadap potensi kemanusiaan yang
berupa cipta, rasa, karya, dan karsa. § Humaniora merupakan rumpun keilmuan
yang memiliki karakteristik yang khas. Jerome Kagan (4) memformulasikan
karakteristik humaniora sebagai sebuah kajian yang tertarik memahami reaksi
manusia pada kejadian-kejadian yang dialami dan makna-makna yang disematkannya
pada pengalaman-pengalaman yang dialaminya sebagai sebuah fungsi dari budaya,
era historis, dan sejarah hidup. Lebih jauh, dalam artikelnya pada jurnal
filsafat Wisdom, Rizal Mustansyir (212) mengatakan: § Humaniora merupakan studi
yang memusatkan perhatiannya pada kehidupan manusia, menekankan unsur
kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan, Humaniora berusaha mencari
makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang humaniora
rasionalitas tidak hanya dipahami sebagai pemikiran tentang suatu objek atas
dasar dalil-dalil akal, tetapi juga hal-hal yang bersifat imajinatif, sebagai
contoh: Leonardo da Vinci mampu menggambar sebuah lukisan yang mirip dengan
bentuk helikopter jauh sebelum ditemukan pesawat terbang. § Lalu, seberapa
pentingkah kajian ilmu humaniora terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni? Jawabnya, tentu saja penting! Humaniora, menurut saya,
merupakan ruh dari semua ilmu. Betapa tidak, humaniora merupakan satu-satunya
rumpun ilmu yang mempelajari manusia dengan tujuan untuk memahami hakekat
manusia itu sendiri agar bisa lebih memanusiakan manusia. Sedangkan di lain
pihak, rumpun ilmu lain hanyalah bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia
di dunia melalui kajian-kajian dan penemuan-penemuan. Dengan kata lain, sains
dan ilmu sosial memudahkan kehidupan manusia, sedangkan makna serta hakikat
tentang manusia dan kehidupan itu sendiri dijelaskan oleh humaniora. Tentunya,
manusia tidak akan pernah bisa mengembangkan segala macam potensinya (termasuk
di bidang sains dan ilmu sosial) jika tidak pernah memahami tentang hakikat dan
keberadaanya. § Salah satu alasan kenapa humaniora saya sebut sebagi “ruh” ilmu
lain, karena humaniora memberikan arah dan makna bagi keberadaan dan
perkembangan ilmu lain. Sebagai contoh, dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, humaniora memberikan pandangannya melalui kajian-kajian etika ketika
teknologi kloning baru muncul dan populer. Apakah logis, jika kloning
diperbolehkan untuk diterapkan kepada manusia secara luas sehingga nilai-nilai
dasar yang menjadikan seseorang disebut manusia menjadi kabur? Apakah etis,
manusia bertindak seolah-olah menjadi Tuhan dengan sewenang-wenang membuat
makhluk baru tanpa melalui proses reproduksi? Apakah berperikemanusiaan jika
manusia membuat makhluk baru dan membiarkannya mati sebelum waktunya karena
tidak sempurnya teknologi rekayasa kloning[5]? § Sebuah contoh lagi adalah
dalam bidang teknologi komunikasi. Sebagaimana kita ketahui, teknologi
informasi dan komunikasi manusia saat ini sudah sedemikian maju, sehingga
seseorang tidak perlu bertemu muka langsung untuk mengadakan pertemuan atau
rapat. Semuanya bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa kabel. Akan tetapi,
tiba-tiba saja kita secara tidak sadar telah melakukan sesuatu yang sangat
besar dalam kehidupan kita melalui teknologi tersebut. Di satu sisi teknologi
tersebut memang mendekatkan kita dari yang jauh. Namun di sisi lain, tanpa kita
sadari teknologi itu juga menjauhkan kita dari orang yang sudah dekat secara
spasial dengan kita. Kita selalu sibuk membalas tweet[6] dari orang-orang yang
terkadang mukanya saja tidak kita ketahui, sedangkan di sebelah kita duduk
seorang sahabat baik—yang juga sedang melakukan hal yang sama—yang selalu
membantu kita disaat kita membutuhkan bantuan. Tiba-tiba saja kita kurang
berinteraksi secara fisik bahkan dengan orang yang sangat dekat dengan kita. §
Humaniora melihat fenomena tersebut dan berusaha mengingatkan kita melalui
kajian-kajiannya bahwa kita terancam kehilangan predikat kita sebagai makhluk
sosial, makhluk mulia ciptaan Tuhan yang senantiasa saling membantu satu sama
lain melalui interaksi fisik. Kajian humaniora memberikan arah bagi teknologi
tersebut agar digunakan sesuai dengan tujuan kebaikan manusia dan memanusiakan
manusia. Humaniora juga memberikan makna bagi kehidupan kita dengan cara
mengingatkan kita untuk selalu menjaga nilai kemanusiaan kita sebagai manusia
yang sekaligus membuat kita berbeda dan lebih mulia dari pada makhluk lain. §
Di sisi lain, humaniora ternyata juga memiliki peran lain yang sangat vital
dalam teknologi informasi dan komunikasi. Peran bahasa dalam komunikasi dan
transfer informasi merupakan sesuatu yang tak dapat diragukan perannya. Tak
bisa dibayangkan bagaimanakah sebuah informasi disampaikan tanpa menggunakan
bahasa (Mustansyir 213), atau bagaimana komunikasi verbal bisa berjalan tanpa
menggunakan bahasa. § Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sekali lagi
humaniora berperan memberikan arah dan hakikat tujuan pengembangan tersebut.
Humaniora senantiasa menjaga agar segala perkembangan ilmu pengetahuan selalu
didasarkan atas kepentingan kebaikan umat manusia. Humaniora juga selalu
menjaga agar dalam perkembangan tersebut manusia tetap menjadi subjek yang
mengendalikan ilmu pengetahuan demi terciptanya kehidupan manusia yang lebih
baik. Tak akan bisa dibayangkan bagaimana jadinya nanti jika teknologi robotik
dan kloning menjadi sedemikian maju, sehingga tercipta manusia-manusia
cyborg[7] atau robot-robot dengan kecerdasan buatan yang menyamai manusia,
sehingga tiba-tiba dunia didominasi oleh bukan manusia lagi, melainkan oleh
mesin-mesin ciptaan manusia. Manusia tiba-tiba menjadi tersingkir dari dunianya
dan menjadi subordinat terhadap ciptaannya sendiri. Humaniora mengajak kita
merenungkan hal ini, salah satunya, dengan cara memberikan suatu gambaran fiksi
hal tersebut dalam bentuk film-film seperti trilogi Terminator dan trilogi
Matrix. § Dalam perkembangan bidang seni, pentingnya humaniora sudah tidak
disangsikan lagi, karena pada dasarnya seni juga termasuk ke dalam rumpun
keilmuan humaniora, sebagaimana tersinggung dalam pengertian humaniora di atas.
Seni selalu berasal dari manusia dan keindahannya ditujukan untuk dinikmati
indera manusia. Hal ini sangat sejalan dengan kajian humaniora yang selalu
menjadikan manusia sebagai subjek. Dengan humaniora, seni menjadi lebih kaya,
indah, dan bermakna karena selalu berpegang pada nilai-nilai kehidupan manusia.
Etika dalam humaniora juga menjaga agar seni tidak membuat kehidupan manusia
hancur oleh perpecahan dan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. § Beberapa tahun
yang lalu kita melihat dan mendengar bagaimana seorang berkebangsaan Denmark
membuat karikatur-karikatur yang melecehkan Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut
menimbulkan kemarahan dan protes yang luar biasa dari umat Islam di seluruh
dunia. Hingga banyak orang tiba-tiba saja menjadi terpanggil untuk melakukan
jihad karena merasa benar-benar tersinggung oleh kejadian tersebut. Peristiwa
tersebut mulai mereda ketika banyak sekali pihak di luar umat muslim yang ternyata
juga memandang hal tersebut sebagai suatu yang tidak sepatutnya dan tidak
beretika. Tidak akan bisa dibayangkan apa yang mungkin bisa terjadi jika dalam
seni tidak ada unsur etika yang dilibatkan. Karikatur-karikatur semacam itu
bisa saja dianggap sebagai sebuah karya seni, tanpa menghiraukan bahwa ada
pihak yang berkeberatan dan rela mati untuk membela apa yang dipercayainya
tersebut. Pada akhirnya hal tersebut bisa mengakibatkan perpecahan dan
peperangan yang nilai dampaknya akan jauh lebih besar dari pada nilai seni
karikatur itu sendiri. § Perkembangan konsep humaniora modern sebenarnya
berawal dari jaman Yunani Kuno. Konsep tersebut berasal daripaideia Yunani
Klasik, yang merupakan suatu program pendidikan umum yang berasal dari kaum
sofis pada pertengahan abad ke-5 SM, yang menyiapkan para pria muda untuk
menjadi warganegara aktif dalam polis. Tidak hanya itu, konsep humaniora juga
berasal dari terminologi Cicero humanitas (yang berarti secara harfiah “sifat
manusia”), yang merupakan program pelatihan bagi calon orator yang pertama kali
ditetapkan di De Oratore pada tahun 55 SM. Pada perkembangan selanjutnya,
konsep-konsep tersebut diadopsi dan diadaptasi oleh berbagai pemikir, mulai
dari St. Augustine, para pemikir abad pertengahan, hingga para pemikir abad 19
seperti Wilhelm Dilthey dan Heinrich Rickert (“humanities”, Encyclopรฆdia
Britannica 2007). Pemikiran-pemikiran para filsuf tersebut telah membuat konsep
sederhana paideia dan humanitas berkembang hingga menjadi konsep humaniora pada
saat ini. Bahkan, di era modern seperti sekarang ini, konsep humaniora juga
terus berkembang dan dipengaruhi oleh pikiran-pikiran kritis modern. Seiring
dengan munculnya pemikiran posmodernisme yang merupakan perwujudan dari
ketidakpuasan terhadap proyek-proyek modernitas, humaniora juga turut
berkembang menjadi sebuah kajian yang berusaha mengkaji hal-hal yang melampui
batas-batas modernitas. § Secara umum, konsep dasar posmodern adalah menolak
kemapanan-kemapanan yang ditawarkan oleh modernitas. Listiyono Santoso (dalam
Santoso dkk. 320-322) mengatakan bahwa di tengah kemapanan dan pesona yang
ditawarkan oleh proyek modernisasi dengan rasionalitasnya, postmodern justru
(di)tampil(kan) dengan sejumlah evaluasi kritis dan tajam terhadap
impian-impian masyarakat modern. Munculnya postmodern merupakan suatu sinyal
atas hadirnya sejumlah pemikir, filsuf, dan intelektual yang berusaha melakukan
dekonstruksi atas basis dasar pengetahuan modern. Artinya, nilai yang
ditawarkan oleh postmodern adalah betapa gagasan –gagasan dasar, seperti
filsafat, rasionalitas, dan epistemologi, dipertanyakan lagi secara radikal.
Dengan demikian, terminologi postmodernisme lebih berkaitan dengan suatu sikap
kritis atas segala bentuk kemapanan (status quo) yang diciptakan oleh proyek
modernisasi. § Menurut Lyotard, postmodern merupakan suatu periode dimana
segala sesuatu di-deligitimasi-kan (Sugiharto dalam Santoso 324). Postmodern
mendeligitimasi sistem totaliter yang biasanya bersifat hegemonis dan pro
status quo agar tidak memberangus munculnya kebenaran-kebenaran yang bukan
sekadar kebenaran tunggal. Ketika posisi pengetahuan dilegitimasikan oleh
narasi-narasi besar seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi, dan sebagainya,
maka kini narasi-narasi besar tersebut telah mengalami nasib yang sama dengan
narasi-narasi besar (metanarasi) sebelumnya—seperti religi, dialektika ruh,
subjektivitas, dan sebagainya—yang menjadi patokan filsafat modern, yaitu
mengalami kehilangan kekuatannya dan menjadi sulit dipercaya (Santoso 324-325).
Sederhananya, postmodern menyadari bahwa dalam ranah rasionalitas tidak ada
kebenaran yang yang bersifat tunggal dan absolut. Oleh karena itu postmodern
menolak kebenaran tunggal dan memperjuangkan adanya berbagai realitas lain yang
juga benar. § Postmodernisme sebagai epistemologi ditandai oleh keragaman
argumen. Menurut Lyotard, postmodern berarti mencari ketidakstabilan. Kalau
pengetahuan modern mencari kestabilan melalui metodologi, dengan “kebenaran”
sebagai titik akhir pencarian, maka pengetahuan postmodern ditandai oleh runtuhnya
kebenaran, rasionalitas, dan objektivitas. Prinsip dasarnya bukan benar-salah,
tetapi sebagai paralogy atau membiarkan segala sesuatunya terbuka, untuk
kemudian sensitif terhadap perbedaan-perbedaan. Tampaknya, semangat
dekonstruksi Derrida berpengaruh pada prinsip pengetahuan postmodern untuk
selalu melakukan revisi kritis pada setiap bentuk pengetahuan (Santoso 326). §
Pada kenyataan masa kini, ilmu pengetahuan (sains) telah berkembang dengan
sangat luar biasa sehingga menjadi sebuah rumpun ilmu yang sangat rumit karena
telah menjadi sangat terspesialisasi. Sebagai contoh, ilmu kedokteran saat ini
telah menjadi ilmu yang memiliki kajian spesialis yang sangat banyak, mulai
dari organ bagian kepala yang terdiri spesialis THT-KL[8], spesialis mata, dst;
organ-organ dalam manusia yang terdiri dari hematologi-onkologi, hepatologi,
kardiovaskular, dst; spesialis ilmu kesehatan anak; sub-spesialis THT-KL; dan
masih banyak lagi (“Dokter Spesialis”, http://id.wikipedia.org). Sebagai
layaknya ilmu eksak, ilmu-ilmu spesialis di atas selalu mengkaji setiap objek
kajiannya berdasarkan kenyataan-kenyataan empiris, setiap fenomena non-empiris,
yang biasanya dikaji oleh oleh ilmu-ilmu sosial dan humaniora, tidak akan masuk
pada pertimbangan pengkajian. § Akan tetapi, seiring munculnya semangat
posmodern dewasa ini, paradigma ilmu-ilmu sains sepertinya juga turut
terpengaruhi dan mulai berubah. Paradigma posmodern, yang tidak pernah menerima
sebuah kemapanan dalam kebenaran tunggal dan selalu melihat kemungkinan adanya
kebenaran-kebenaran lain, sedikit banyak telah mempengaruhi sikap dan paradigma
ilmu-ilmu sains terhadap fenomena non-empiris. Ilmu-ilmu sains saat ini mulai
melihat objek-objek kajian humaniora dan ilmu-ilmu sosial, yang terkadang
non-empiris, sebagai objek potensial kajian. Hal ini salah satunya ditandai
dengan dibukanya program studi (diploma III) pengobatan tradisional (Battra)
yang berada di bawah Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga. § Dalam
sebuah diskusi, seorang teman yang saat ini (2011) sedang dalam proses
menyelesaikan pendidikan program doktoral pada bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Universitas Airlangga, mengatakan bahwa saat ini terdapat tren kejenuhan
kajian pada ilmu-ilmu sains. Saking terspesialisasinya ilmu-ilmu tersebut, para
praktisinya mulai merasa “kehabisan” bahan kajian. Di luar negeri, khususnya
Australia, para praktisi dan peneliti ilmu kesehatan mulai tertarik dengan
hal-hal yang berbau tradisional dan sedikit non empiris. Salah satu fenomena
yang terjadi adalah munculnya kajian ethnomedicine. Banyak para peneliti dari
Australia yang datang dan ”berpetualang” ke pelosok-pelosok Indonesia untuk
mempelajari khasanah pengobatan tradisional suku-suku di Indonesia. Mereka
tertarik melihat bagaimana beberapa penyakit diatasi oleh penduduk setempat
dengan menggunakan kearifan-kearifan lokal yang mereka miliki. Objek-objek
kajian mereka yang dulunya selalu bersifat empiris, pada saat ini menjadi tidak
mutlak lagi. Mereka mulai melihat dan mengkaji bagaimana bisa seseorang di suatu
komunitas tertentu merasa telah disembuhkan dari sakit kepala sebelah hanya
dengan dibacakan mantra tertentu dan disembur air putih. § Munculnya
posmodernisme dan tren penelitian tersebut tentunya telah memberikan keuntungan
bagi cabang-cabang ilmu humaniora dan termasuk juga ilmu-ilmu sosial. Kini,
orang-orang mulai melihat humaniora sebagi sebuah ilmu yang sangat berguna bagi
perkembangan ilmu-ilmu lain, khususnya sains. Para peneliti ethnomedicine saat
ini mulai membuka hasil-hasil kajian humaniora sebagai dasar dan pertimbangan
bagi mereka untuk melakukan penelitian dan pengembangan keilmuan. Mereka juga
mulai membaca sejarah suatu suku tertentu untuk menyelidiki rahasia
keberhasilan suku tersebut dalam mengatasi wabah penyakit mematikan, semisal demam
berdarah. Di lain pihak, munculnya posmodernisme juga membuat orang-orang mulai
berpikir dan berusaha menjaga kualitas kemanusiaan mereka, dalam hubungannya
dengan sesama manusia dan dengan lingkungan sekitar. Banyak orang yang sudah
mulai peduli dengan kemajuan teknologi yang tidak hanya memberikan kemudahan
bagi manusia saja, namun juga memberikan manfaat bagi lingkungan. Manusia mulai
bepikir tentang bagaimana membuat dirinya lebih manusia dengan segala macam
kemajuan yang diperoleh, namun di sisi lain berusaha untuk mempertahan
eksistensinya di dunia dengan cara menjaga lingkungan tempat hidupnya.
Cara-cara berpikir yang sejalan dengan konsep humaniora tersebut tampaknya
mulai menjadi tren kehidupan masyarakat saat ini. § § Humaniora dalam perannya sebagai
sebuah ilmu tampaknya mulai diperhitungkan oleh masyarakat luas. Hal ini salah
satunya ditandai dengan banyaknya beasiswa untuk mahasiswa humaniora—yang di
Amerika lebih dikenal dengan jurusan liberal arts—khususnya untuk yang belajar
ke luar negeri. Di lain pihak, banyak cendekiawan yang mulai memahami bahwa
humaniora telah memberikan pengaruh dan makna yang sangat penting bagi kemajuan
ilmu-ilmu lain. Hal ini juga tidak terlepas dari munculnya sebuah fenomena
paradigma berpikir posmodern yang membawa kembali relasi-relasi kebenaran
humaniora yang sempat “terlupakan” oleh dominasi ilmu-ilmu sains selama abad
20. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain:
o
Teologi
o
Filsafat
o
Hukum
o
Sejarah
o
Filologi
o
Bahasa, Budaya & Linguistik (Kajian
bahasa)
o
Kesusastraan
o
Kesenian
o
Psikologi
Karakteristik Ilmu
Sebelum kita menelaah lebih jauh
tentang criteria-kriteria kebenaran ilmu, kita akan membahas terlebih dahulu
arti dari ilmu itu sendiri.
Selain itu arti ilmu adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Kata
ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu social dapat
berarti mengetahui masalah-masalah sosial dan lain sebagainya.
(Wikipedia.org/wiki/sains#syarat-syarat_ilmu)
Karakteristik
Ilmu
Menurut Randall dan Buchker (1942)
mengemukakan beberapa cirri umum ilmu diantaranya :
1.
Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama
2.
Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa jadi kekeliruan karena yang
menyelidiki adalah manusia
3.
Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu
tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung kepada pemahaman
secara pribadi.
(google.com/search8&sourceid=navclient&gfns=1&g=criteria+kebenaran+ilmu)
Syarat-Syarat
Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu
merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu
dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu.
1.
Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif;
bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
2.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini
adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari bahasa yunani “metodos” yang berarti : cara, jalan. Secara umum
metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode
ilmiah.
3.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh : semua segitiga bersudut 180ยบ.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula
Sumber:
Salah satu bahan diskusi mata kuliah Filsafat Ilmu
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009
http://aliranim.blogspot.com/2012/10/karakteristik-dan-syarat-syarat-ilmu.html
Sumber:
http://id.wikipedia.org
http://pujosaktinurcahyo.wordpress.com/2011/02/09/humaniora-dan-posmodernisme/
http://carapedia.com/pengertian_definisi_ilmu_menurut_para_ahli_info515.html
http://bit.ly/copynwin
Sumber:
http://www.academia.edu/6474323/sejarah_perkembangan_ilmu
Sumber:
https://anoyshoko.wordpress.com/2013/04/04/klasifikasi-ilmu-pengetahuan/