Rabu, 09 Maret 2016

Hal Yang Berkesan Dan Favorit Bagi Saya

Asallamualaikum Wr. Wb.
          Dalam tulisan ini saya akan membahas hal-hal yang menyangkut kesukaan bagi saya terutama dalam tulisan ini juga termasuk tugas kuliah saya hehehe, langsung aja deh hal-hal yang paling berkesan bagi saya.

1.       Kita akan membahas soal makanan favorit, ya walaupun saya bukan tipe orang yang suka makan hahaha, tapi saya juga punya menu makanan favorit tau, ya makanan favorit yaitu makanan  yang paling kita suka dan kalo mamah atau ibu kita masak makan itu wah bisa-bisa nambah nasinya sebakul deh hehehe. Nah kalo menu makan favorit saya itu kentang balado bagi yang belum tau kentang balado itu kentang yang diiris menyerupai dadu lalu dimasak dengan sambal balado hehehe ah jadi laper nih wkwkwkw.  
Contoh gambar dari kentang balado. Gimana mantep kan? Hahaha


2.       Nah kali ini kita akan membahas tentang tokoh wayang, hayo siapa yang enggak pernah nonton wayang? Waduh kalo ada yang belum pernah nonton wayang mah norak banget deh hahahah, ya berhubung saya keturunan jawa tengah tulen hehehe ya dikit-dikit juga sih taunya wkwkwkw, saya pernah nonton wayang kulit dengan judul “RAMAYANA” pernah denger kan cerita itu? Ya saya paling mengagumi tokoh Rama Wijaya dalam cerita itu karena sifatnya yang gagah, bijaksana, pandai, sakti, halus budinya dan juga setia dengan istrinya yaitu Dewi Sinta, wah sosok laki-laki idaman wanita banget itu mah hehehehe. Berikut saya akan menjelaskan sedikit tentang biografi Rama Wijaya.
Rama Wijaya adalah kesatria titisan Dewa Wisnu. Ia adalah anak Prabu Dasarata, raja Ayodya. Ibunya bernama dewi Sukasalya atau Dewi Raghu. Orang menyebut Rama Wijaya dengan sebutan Raden Regawa yang berarti anak Dewi Raghu.

Rama merupakan tokoh utama dalam cerita Ramayana. Ia memiliki saudara lain ibu yaitu Barata anak dari Ibu Dewi Kekayi, serta Lesmana dan Satrugna dari ibu Dewi Sumitrawati. Rama bersaudara sejak kecil dididik oleh Resi Wasista, seorang resi yang sangat sakti pada masa itu. Oleh karena itu Rama, Barata dan Lesmana ketika dewasa menjadi satria pilih tanding, sakti rendah hati dan berbudi luhur.

Istri Ramawijaya adalah Dewi Sinta, seorang putri yang sangat cantik, anak angkat Prabu Janaka dari Negara Mantilidirja. Dewi Sinta adalah titisan Dewi Sri Widowati yang menjadi rebutan para raja seribu Negara termasuk Prabu Dasamuka raja raksasa dari Negara Alengkadiraja
 Hasil gambar untuk tokoh wayang sri rama
inilah sosok tokoh Sri Rama atau Rama Wijaya dalam pewayangan kulit


3.       Kali ini kita membahas tokoh pahlawan nasiaonal, wah mana nih yang berjiwa nasiolismenya tinggi? Harus semua dong ya, kita harus mengingat jasa-jasa pahlawan kita yang mati-matian membela negara kita sehingga kita bisa hidup damai sampai sekarang ini, oleh sebab itu kita tidak boleh melupakan begitu saja pahlawan-pahlawan nasional yang sudah berjuang demi kita yaitu anak cucu mereka, nah pasti diantara banyak pahlawan pejuang kita kalian punya pahlawan nasional favorit hayo siapa hayo?hehehe, kalo saya sih punya  yaitu Imam Bojol yang sering kita dengar dengan sebutan Tuanku Imam Bojol berikut saya akan mengulik sedikit tentang biografi beliau,
Beliau dikenal sebagai salah satu pahlwawan nasional yang berasal dari minangkabau di Sumatera. Tuanku Imam Bonjol diketahui lahir pada tahun 1772 di Bonjol. Beliau memiliki ayah bernama Bayanuddin dan ibu bernama Hamatun. Ayah Tuanku Imam Bonjol terkenal sebagai seorang alim ulama asal Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, namun ketika dewasa, banyak gelar diberikan kepada Muhammad Shahab yaitu Tuanku Imam, Malin Basa dan Peto Syarif. Ada salah seorang pemimpin dari Kamang yang bernama Tuanku Nan Renceh, ia merupakan Pemimpin Harimau Nan Salapan kemudian menunjuk Muhammad Shahab sebagai seorang imam atau lebih dikenal sebagai pemimpin untuk kaum padri di Bonjol. Sehingga dari situ ia kemudian lebih dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol.
Tuanku Imam Bonjol terkenal ketika perlawanannya melawan penjajah Belanda dalam perang Padri. Perang Padri merupakan perang terlama yang berlangsung dari tahun 1803 hingga 1838 yang melibatkan sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak. Awalnya memang perang tersebut bisa dikatakan sebagai perang saudara di Sumatera, Perang tersebut terjadi karena timbulnya pertentangan antara kaum padri yang terkenal dari kalangan ulama dengan kaum ada yang merupakan masyarakat dari kerajaan pagaruyung. Kaum Padri sebenarnya menginginkan agar hukum di daerahnya dijalankan sesuai dengan syariat Islam yang berpegang teguh pada Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, mengingat masyarakat disana masih memiliki kebiasaan buruk seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras serta hukum yang terlalu longgar, padahal masyarakat disana sudah banyak yang memeluk Islam. Tidak adanya kesepakatan antara kaum Padri dan kaum ada sehingga meletuslah perang Padri yang terkenal.
Awalnya perang padri melibatkan kaum padri yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman. Tuanku Pasaman kemudian menyerang kaum adat yang dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah. Serangan pertama di Pagaruyung terjadi pada tahun 1815 dan kemudian pertempuran selanjutnya pecah di Koto Tengah dekat Batu Sangkar. Pertempuran ini kemudian membuat Sultan Arifin Muningsyah terdesak dan terpaksa melarikan diri dari kerajaanya di Lubukjambi.
Akibat terdesaknya kaum adat ketika itu sehingga mereka kemudian meminta bantuan Belanda, secara resmi kemudian Belanda membantu kaum adat untuk berperang melawan kaum Padri melalui sebuah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1821 di Padang. Isi perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Belanda akan mendapatkan penguasaan wilayah di pedalaman Minangkabau. Perjanjian tersebut dihadiri oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar. Adanya campur tangan Belanda membantu kaum adat melawan kaum padri membuat situasi semakin rumit.
Meskipun Belanda turut campur dalam perang Padri tersebut, tetapi Belanda juga cukup kesulitan dalam melawan Kaum Padri yang ketika itu sudah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Belanda yang kesulitan kemudian mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai, hal tersebut kemudian dituangkan dalam perjanjian Masang di tahun 1824. Perjanjian tersebut harus dilakukan oleh Belanda mengingat mereka ketika itu kehabisan dana untuk melakukan perang sebab belanda juga harus memadamkan perang yang terjadi di daerah lain seperti perang Diponegoro. Tetapi perjanjian tersebut tidak berlangsung lama sebab Belanda kemudian menyerang nagari Pandai Sikek.
Hingga pada tahun 1833, parang Padri kemudian memasuki babak baru, Kaum adat kemudian berbalik bersatu dengan kaum Padri melawan Belanda. Mengingat perang tersebut ternyata hanya menyengsarakan rakyat Minangkabau. Bersatunya Kaum Adat dan Kaum Padri ditandai dengan Plakat Puncak Pato di Tabek Patah.
 ...Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian? (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?)
Kalimat diatas merupakan rasa penyesalan atas tindakan kaum Padri atas sesama orang Minang, Mandailing dan Batak. Belanda kemudian melakukan pengepungan dan penyerangan ke Benteng Kaum Padri. Pengepungan dan penyerangan ini berlangsung selama enam bulan. Agar pengepungan dan penyerangan tersebut berhasil, Belanda terus menerus meminta bantuan pasukan dari Batavia. Hal ini kemudian membuat posisi Tuanku Imam Bonjol menjadi terjepit. Namun Tuanku Imam Bonjol tetap melakukan perlawanan dan tidak mau menyerah.
Pada tanggal 16 Agustus 1837 barulah benteng Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda setelah lama dikepung. Untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol sendiri, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding di Palupuh pada bulan Oktober 1837. Di tempat itu ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan kemudian diasingkan di Cianjur, Jawa Barat. Dari Cianjur, ia kemudian dibawa ke Ambon hingga kemudian dipindahkan di Lotak, Minahasa, dekat Manado. Disana Tuanku Imam Bonjol kemudian meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864 dan kemudian dimakamkan ditempat tersebut.


4.       wah bagian ini yang membuat saya bingung hehehe, karena saya akan membahas tentang daerah yang paling berkesan bagi saya, ya berhubung saya adalah mahasiswa kurang piknik wkwkwk jadi saya enggak paham banget soal piknik ke daerah-daerah yang bagus, tapi tenang saya akan tetap membahas tentang daerah yang paling berkesan bagi saya yaitu kota yogyakarta ya maklum kampung halaman saya hehehe, disana masih mempunyai keluarga ada mbah kakung dan mbah putri(panggilan dari kecil), bude, dan pakde. Ya kalo pulang kampung kesana saya suka mengunjungi tempat wisata-wisata disana sampe bosen wkwkwkw, Cuma berhubung waktu saya kesana enggak pernah pegang kamera ya jadi enggak ada kenang-kenangannya deh huhuhu(sedih),
          Enggak kerasa panjang lebar kita membahas hal-hal yang saya sukai semoga kalian yang membaca mendapat pahala hehehe (amin) terima kasih ya udah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya, saya mohon maaf apabila ada tutur kata yang kurang sopan dan kurang berkenan, sekian tulisan dari saya.

Wasallamualaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar