Kondisi Ekonomi,
Politik, Sosial Singapura
Singapura merupakan salah satu negara
anggota ASEAN yang terletak di Semenanjung Malaya. Singapura dibatasi oleh
Selat Johor di sebelah utara yang memisahkannya dengan Malaysia, dan Selat
Singapura di sebelah selatan yang membatasinya dengan Kepulauan Riau,
Indonesia. Singapura merupakan negara bekas jajahan Inggris dan oleh karena
itu, Singapura menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa mayoritasnya. Walaupun
demikian, Singapura tetap menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ibu atau
bahasa nasionalnya. Singapura yang terletak di kawasan rumpun Melayu,
kebanyakan warga negaranya malah merupakan masyarakat asing, terutama etnis
Tionghoa, yang jumlahnya mencapai 42% dari jumlah total warga Singapura. Singapura
dengan kondisi geografinya sebagai negara kecil yang bertempatan diantara
Indonesia dan Malaysia ini memiliki potensial soft power (ekonomi
maupun industri) yang sangat kuat bila dibandingkan dengan negara-negara di
Asia Tenggara lainnya. Dari segi demografi atau penduduk yang berdomisili di
Singapura, mayoritas merupakan etnis Cina yang kemudian diikuti oleh etnis
Melayu. Kondisi perpolitikan Singapura mengadopsi sistem Westminster (seperti
di Inggris), yang mana kekuasaan berdaulat terletak pada kabinet dan dipimpin
oleh Perdana Menteri. Tatkala Singapura adalah negara berbentuk republik
perlementer dan telah menetapkan perwakilan demokrasi sebagai sistem politik
negara (Asean News Network, t.t).
Sejarah Singapura dimulai sejak tahun 1819 yakni
ketika Sir Stamford Raffles berkebangsaan Inggris yang memimpin British
East India Company datang ke wilayah ini serta mendirikan sebuah tempat
perdagangan di pulau yang menjadikan Singapura sebagai pulau komersial paling
makmur di tahun ini. Sejak itu pada tahun 1825 Singapura berkembang pesat
ditambah sejak pembukaan terusan Suez tahun 1869, Singapura muncul sebagai
negara yang sangat diperhitungkan di Asia Tenggara. Pada tahun 1965 Singapura
telah menjadi negara yang independen dan kemudian bergabung dalam persemakmuran
bangsa Inggris, yang sebelumnya masih menjadi bagian Federasi Malaysia pada tahun
1963 (Cahyadi, et al. 2004, 2-3). Mengingat asal-usul kemerdekaan
Singapura yang sebelumnya menjadi persemakmuran Malaysia (sekalipun Malaysia
tidak sepenuhnya menerima keberadaan Singapura) Partai Gerakan Rakyat (PAP)
mendominasi persoalan mendasar bagi para pemimpin Singapura, yang mana hal ini
dibentuk oleh Lee Kuan Yew dalam menjadikan PAP sebagai partai tunggal. Rejim
PAP melihat bahwasannya politik dalam negeri merupakan persoalan dasar bagi
kelangsungan negar-kota Singapura, hal ini juga diimplementasi dalam setiap
pemilu dari tahun 1959-1997 (Cipto 2007, 132-133).
Berbicara mengenai kemajuan Singapura, aspek yang
menarik tentang negara ini adalah karakter budaya penduduknya yang
kosmopolitan, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Singapura. Sebagai
negara yang populer akan komersialnya yang dibangun oleh Raffles, para imigran
banyak datang dan membawa budaya, bahasa, adat istiadat, serta kebiasaan mereka
ke Singapura. Perkawinan silang dan perpaduan budaya turut berperan dalam
mempengaruhi keragaman budaya yang kemudian berbentuk kedalam masyarakat
Singapura dari berbagi aspek, sehingga menjadikan warisan budaya yang beragam
dan dinamis. Sebagian besar kaum Melayu Singapura adalah Muslim Sunni yang
memeluk Islam sebagai agama mereka, salah satu peninggalan budaya mereka yakni
Masjid Jamae Chulia yakni dengan gaya arsitektur eklektik serta gerbang masuk
yang bergaya India Selatan dan kedua ruang salatnya bergaya neo-klasik (www.yoursingapore.com).
Singapura menganut sistem
pemerintahan republik parlementer, dimana seluruh menteri bertanggung jawab
terhadap parlemen. Presiden hanya sebagai wujud simbolis, sedangkan kekuasaan
berada di tangan Perdana Menteri dan Perdana Menteri memegang kedudukan
mayoritas di parlemen. Dalam bidang politik, Singapura dikuasai oleh sebuah
partai mayoritas yang disebut Partai Aksi Rakyat (PAP) (Anon, t.t, dalam
www.freedomhouse.org, diakses pada 31 Maret 2014). Pada prakteknya, PAP ini
cenderung bersifat otoriter dibanding demokratis. PAP tidak mengizinkan adanya
partai oposisi, walaupun partai tersebut dianggap bekerja secara efektif untuk
kemajuan negara. Akan tetapi, dengan kinerja PAP yang otoriter tersebut,
Singapura dapat berkembang menjadi negara yang maju. Hal itu dapat dilihat dari
rendahnya tingkat korupsi di Singapura. Selain itu, Singapura juga dinilai
sebagai negara hunian yang nyaman karena sistem pemerintahannya yang fokus pada
kesejahteraan rakyat dan penyediaan sarana yang memadai.
Singapura, yang merupakan bekas
jajahan Inggris, sejak awal memang sudah dikonstruksikan sebagai negara pusat
ekonomi oleh penjajahnya. Inggris, pada masa itu, membangun infrastruktur yang
dibutuhkan demi mencapai kemajuan Singapura. Tidak heran jika Singapura dapat
menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Perekonomian Singapura
bergantung pada ekspor dan impor, khususnya di bidang manufaktur. Kondisi
politik dan keamanan yang stabil menyebabkan Singapura menjadi tujuan investasi
bagi banyak negara. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, Singapura
juga memutuskan untuk member izin atas dibukanya tempat perjudian dan resor
kasino sejak tahun 2005 (Anon, t.t, dalam www.mti.gov.sg diakses pada 31 Maret
2014). Dengan segala perkembangan tersebut, Singapura disebut sebagai negara
yang paling terglobalisasi dalam Indeks Globalisasi tahun 2006 (Kearney, t.t).
Singapura memiliki pasukan militer
yang paling maju di kawasan Asia Tenggara. Pasukan militer tersebut dibuat
untuk mencegah adanya serangan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke negara
lain. Di Singapura, pria di bawah usia 18 tahun wajib mengikuti National
Service selama minimal 2 tahun untuk pelatihan militer yang kemudian
diarahkan sebagai serdadu cadangan. Selain itu, Singapura juga tergabung dalam
FPDA (Five Power Defence Arrangements), yaitu suatu hubungan
pertahanan antara Singapura, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Malaysia,
melalui persetujuan multilateral. Walaupun Singapura memiliki pertahanan
militer yang baik, Singapura juga fokus pada pertahanan non-militer karena
adanya terorisme dan perang non-konvensional.
Dalam perkembangannya, Singapura juga
menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di ASEAN, misalnya saja
Indonesia dan Malaysia. Hal itu dikarenakan adanya faktor kedekatan wilayah
antara ketiga negara tersebut. Akan tetapi, kerap muncul konflik antarnegara
tersebut karena adanya pertentangan politik. Selain itu, Singapura juga
berhubungan dekat dengan Brunei Darussalam, dimana Singapura memiliki tempat
pelatihan angkatan darat di sana. Tidak hanya di kawasan ASEAN, Singapura juga menjalin
hubungan baik dengan negara lain di luar kawasan Asia Tenggara, contohnya
China. Kerjasama Singapura dan China dimulai sejak tahun 1990, walaupun
Singapura sudah mulai membuka diri pada China sejak tahun 1978. China, yang
menganut kebijakan pragmatis, menganggap Singapura memiliki wilayah yang
strategis dan infrastruktur yang baik sehingga sangat bagus untuk peluang
bisnis. Sedangkan Singapura menganggap China sebagai pasar yang baik untuk
Singapura karena modernisasi yang dilakukan oleh China. Salah satu contoh
kerjasama kedua negara tersebut adalah Suzhou Industrial Park yang merupakan
taman industri internasional dengan teknologi tinggi.
Singapura memang memiliki sejarah
kerjasama yang baik dengan negara-negara lain. Akan tetapi, hal itu tidak lantas
menghilangkan konflik antara Singapura dengan yang lain. Misalnya saja yang
baru-baru ini terjadi adalah konflik Singapura dengan Indonesia atas penamaan
KRI Usman Harun. Pengambilan nama tersebut dianggap tidak membuka luka lama
Singapura. Usman dan Harun merupakan pahlawan Indonesia yang pada tahun 1965
melakukan pemboman terhadap perkantoran Singapura. Konflik yang menimbulkan
korban jiwa tersebut membuat Singapura menganggap kedua marinir itu sebagai
teroris.Hal itulah yang mendasari penolakan Singapura atas pemberian nama KRI
Usman Harun (Anon, 2014, dalam nasional.news.viva.co.id, diakses pada 31 Maret
2014).
Konflik dengan Indonesia tidak
sebatas dalam hal penamaan itu saja, melainkan juga konflik perbatasan wilayah.
Singapura dan Indonesia hanya dibatasi oleh Selat Singapura. Dengan itu,
Singapura selalu melakukan reklamasi pantai untuk memperluas wilayahnya.
Kemudian muncullah masalah ekspor pasir dari Riau dan Singapura yang membuat
pemerintah Indonesia akhirnya melarang ekspor tersebut. Hal itu dilakukan
karena pasir yang diekspor dari Riau ke Singapura digunakan untuk reklamasi
pantai dan sarana pengubah pembatas wilayah.Dilihat dari geografinya, Singapura
hanyalah sebuah negara kecil yang berada di Semenanjung Malaka. Akan tetapi,
karena adanya konstruksi peninggalan Inggris, Singapura bangkit menjadi negara
maju, yang bahkan sangat berperan dalam perekonomian dunia. Kerjasama pun
banyak dilakukan Singapura dengan negara-negara maju yang lain untuk menambah
kesejahteraan negaranya. Walaupun demikian, konflik tetap tidak bisa dihindari
antarnegara tersebut.
Etika Bisnis di
Singapura
Singapore terus terpilih sebagai
salah satu tempat bisnis yang paling mudah di dunia. Dan juga merupakan tempat
perpaduan dari budaya dan perdagangan, dan sebagai tempat bisnis utama dari
segala penjuru dunia. Singapore juga merupakan rumah bagi empat bahasa nasional
dan beberapa budaya yang berbeda, yang dipengaruhi oleh tradisi dan pengaruh
luar lainnya. Ketika menjalankan bisnis di Singapore, pertemuan Anda mungkin
akan lebih produktif jika mengetahui beberapa tips dan wawasan mengenai etika.
Singapore adalah sebuah negara kosmopolitan dan
umumnya selalu mempertahankan standar internasional dalam bisnis. Terdapat
beberapa nuansa yang biasa digunakan oleh orang Singapore dalam menjalankan
bisnis. Yang paling utama adalah aturan berpakaian. Negara ini terletak satu
derajat agak ke utara dari garis katulistiwa dan cuaca pada umumnya panas dan
lembab, sehingga pakaian bisnis (baju dan celana atau rok) tanpa jas atau
blazer sudah cukup baik. Anda bahkan tidak perlu menggunakan dasi jika
pertemuan tersebut tidak sangat formal.
Dalam pertemuan bisnis, ketika
bertemu untuk pertama kalinya, berjabatan tangan sudah cukup. Membungkuk sama
sekali tidak diperlukan, kecuali diperlukan dalam budaya tertentu. Jaga kontak
tubuh dengan wajar dan tetap sisakan ruang pribadi antara Anda dan lawan bicara
Anda. Anda akan menemukan bahwa setelah berjabat tangan, biasanya orang Melayu
akan meletakkan sebelah telapak tangan di dada mereka. Ini adalah salam budaya
dan Anda tidak perlu melakukan hal yang sama jika Anda bukan keturunan Melayu.
Jika masih ragu-ragu, Anda hanya perlu berjabat tangan dengan sopan dan berikan
senyuman ramah.
Kartu nama memiliki peranan yang
penting di Singapore. Kartu nama dibutuhkan dalam hampir semua pertemua
pertama. Standar yang sopan dalam memberikan kartu nama yaitu dengan kedua
tangan, dengan tulisan pada kartu nama mengarah pada penerima. Menerima kartu
nama juga dilakukan dengan kedua tangan sebagai tanda penghormatan. Ketika
menerima kartu nama, akan lebih baik jika melihatnya sebentar, dan memegangnya
beberapa saat, kemudian meletakkannya di atas meja, dengan tulisan menghadap ke
atas selama pertemuan. Meskipun sebagian besar orang tidak akan tersinggung
jika kartu namanya langsung disimpan di kantong, tetapi akan lebih baik jika
bisa mengikuti prosesnya.
Di beberapa kantor dan hampir setiap
ruangan pribadi, Anda akan diminta untuk melepas sepatu. Ini sangat wajar. Jika
diminta, Anda cukup meletakkan sepatu Anda di pintu. Berhati-hatilah dalam
memberikan hadiah. Ketika Anda diundang dalam acara sosial oleh rekan bisnis,
cukup bagus jika membawa sebotol anggur (atau, jika tuan rumah tidak
mengkonsumsi alkohol karena agama, bawalah coklat). Pemberian tip bukanlah
suatu kebiasaan di Singapore, tetapi dihargai di sini. Negara ini adalah
penghubung global dan merupakan rumah bagi wisatawan dari seluruh dunia. Tetap
peka dalam berperilaku dan bertanyalah jika ragu, maka perjalanan bisnis Anda
akan menjadi lebih produktif.
Referensi:
Anon.
t.t. Singapore. [Online] dalam
http://www.freedomhouse.org/report/freedom-world/2007/singapore?page=22&country=7269&year=2007#.UzlPgGnxp4o
(diakses pada 16 januari 2018)
Anon.
2014. KRI Usman-Harun, Menhan: Namanya Tetangga, Pasti Ada Konflik.
[Online] dalam
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/480180-kri-usman-harun--menhan--namanya-tetangga--pasti-ada-konflik
(diakses pada 16 januari 2018).
Anon.
t.t. Proposal to develop Integrated Resorts – Ministerial Statement by
Prime Minister Lee Hsien Loong. [Online] dalam
http://app.mti.gov.sg/data/pages/606/doc/Ministerial%20Statement%20-%20PM%2018apr05.pdf
(diakses pada 16 januari 2018).
Kearney,
A.T. t.t. “Measuring Globalization” dalam Foreign Policy. [Online]
http://www.foreignpolicy.com/articles/2005/05/05/measuring_globalization
(diakses pada 16 januari 2018).
http://id.marinabaysands.com/singapore-visitors-guide/doing-business-in-singapore/business-etiquette-in-singapore.html#sZZ6M7w7RAd0jOm0.99
(diakses pada 16 januari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar